简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:“Dolar AS Menguat, Mata Uang Non-Dolar Tertekan”Pekan lalu, indeks dolar AS mengalami volatilitas yang tajam. Kritik terbuka Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua The Fed Jerome Powell sempat menggu
“Dolar AS Menguat, Mata Uang Non-Dolar Tertekan”
Pekan lalu, indeks dolar AS mengalami volatilitas yang tajam. Kritik terbuka Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua The Fed Jerome Powell sempat mengguncang kepercayaan pasar terhadap aset AS, menyebabkan indeks dolar jatuh ke level terendah sejak Maret 2022. Namun, setelah Trump melunak dan menyatakan optimisme terhadap negosiasi perdagangan AS-Tiongkok, dolar secara bertahap pulih dan ditutup pada 99,61, mencatat kenaikan mingguan pertama dalam lima pekan. Penguatan dolar menekan mata uang non-dolar, mengakhiri tren naik empat hari beruntun euro terhadap dolar, serta menghentikan tren turun dolar terhadap yen. Pound sterling dan dolar Australia tetap menunjukkan ketahanan dengan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Analis menegaskan bahwa pergerakan dolar selanjutnya akan tetap bergantung pada dinamika perdagangan global dan ekspektasi kebijakan The Fed.
“Kerentanan Dolar Masih Ada, Ketegangan Geopolitik Mereda”
Meskipun pasar obligasi AS mulai rebound, indeks dolar masih mencatatkan level terendah dalam hampir tiga tahun pada 21 April. Tony Pasquariello, Kepala Divisi Hedge Fund di Goldman Sachs, memperingatkan bahwa jika kondisi ekonomi terus memburuk, nilai dolar AS bisa tetap dinilai terlalu tinggi sekitar 20%. Di sisi geopolitik, utusan khusus AS Witterkoff bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu, dengan laporan bahwa kedua pihak menunjukkan kedekatan sikap. Selain itu, AS dan Iran sepakat untuk melanjutkan negosiasi nuklir, meskipun Iran tetap berhati-hati, sementara Trump mengungkapkan keyakinan bahwa kesepakatan dapat tercapai.
(Tekanan Depresiasi Dolar - Sumber Gambar: Bloomberg)
“Emas Menghadapi Tekanan Jangka Pendek, Fundamental Tetap Kuat”
Meredanya ketegangan perdagangan menyebabkan harga emas spot terkoreksi lebih dari 5% dari puncak minggu lalu. Data CFTC menunjukkan bahwa posisi net long futures dan opsi emas oleh manajer hedge fund turun ke level terendah dalam lebih dari satu tahun. Meski menghadapi tekanan jangka pendek, Goldman Sachs menekankan bahwa kepemilikan aktual ETF emas masih jauh di bawah puncaknya pada 2020, mencerminkan potensi kenaikan jangka menengah hingga panjang yang tetap kuat. Bank tersebut menyatakan bahwa aksi jual saat ini merupakan likuidasi teknis yang normal dan justru membuka peluang untuk reposisi portofolio.
“Minggu Super Data Tiba, Data Ketenagakerjaan Jadi Fokus Utama”
Data pekan lalu menunjukkan bahwa “data keras” seperti CPI bulan Maret dan nonfarm payroll tetap solid, sementara “data lunak” seperti PMI manufaktur dan jasa serta indeks kepercayaan konsumen terus melemah, mencerminkan ekspektasi pasar yang menjadi lebih konservatif. Pekan ini, serangkaian data penting akan dirilis di AS, dengan fokus utama pada data ketenagakerjaan. Indikator utama yang dinanti termasuk lowongan kerja JOLTS pada Selasa, laporan ketenagakerjaan ADP pada Rabu, klaim pengangguran awal pada Kamis, dan laporan utama nonfarm payroll pada Jumat, yang semuanya akan menjadi kunci untuk menilai ketahanan ekonomi AS dan prospek kebijakan The Fed.
“Lonjakan Aktivitas Opsi Emas, Perbedaan Pandangan Pasar Meningkat”
Seiring harga emas mencapai rekor baru, volume perdagangan opsi ETF emas SPDR (GLD) menembus 1,3 juta kontrak, mencatatkan rekor baru. Meskipun biaya lindung nilai tetap rendah, lonjakan volatilitas tersirat menunjukkan bahwa perbedaan pandangan investor terhadap arah harga emas semakin melebar. Analis dari Bloomberg Intelligence mencatat bahwa emas dan Bitcoin baru-baru ini menunjukkan pola di mana harga spot dan volatilitas bergerak naik bersamaan, mirip dengan pola yang terlihat pada saham “Tujuh Raksasa” AS dalam beberapa tahun terakhir.
Kesimpulan:
Meskipun dolar AS menunjukkan rebound jangka pendek, sebagian besar analis tetap berpendapat bahwa tren depresiasi dolar belum berubah. Hingga The Fed resmi memangkas suku bunga, tercapai kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok, serta konsumsi domestik AS tetap tangguh, dolar masih akan menghadapi tekanan arus keluar. Jika tren pelemahan dolar berlanjut, emas diperkirakan akan terus diuntungkan dari permintaan aset safe haven, dengan fundamental jangka menengah hingga panjang yang tetap solid.
Harga Emas
Secara teknikal, harga emas saat ini telah jatuh di bawah US$3.300 per ons. Dalam waktu dekat, emas diperkirakan akan menguji level support di US$3.263 per ons; jika level ini ditembus, target penurunan berikutnya berada di US$3.200 per ons. Pergerakan harga emas dalam jangka pendek masih akan dipengaruhi oleh kombinasi faktor fundamental dan teknikal. Investor disarankan untuk memantau kinerja area support untuk menentukan waktu terbaik dalam penyusunan strategi investasi.
Level Tekanan: US$3.363 / US$4.000 per ons
Level Support: US$3.263 per ons
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.